Kasus bunuh diri khususnya di kalangan remaja akhir-akhir ini makin marak saja. Kadang kita tak habis mengerti. Hanya karena masalah sepele saja, para remaja itu mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Perbuatan nekat itu ternyata tidak hanya dilakukan remaja golongan menengah kebawah saja. Remaja dari kalangan menengah atas juga banyak dijumpai, walau jarang terekspose media.
Pengalaman yang memilukan mungkin yang dialami keluarga Sri Sariyah. Keluarga yang bermukim di daerah Pasar Minggu,Jakarta itu beberapa waktu lalu kehilangan anak yang sangat disayanginya yaitu Muhamad Basir. Menurut Sri, Basir adalah anak yang baik dan penurut. “Tidak pernah macam-macamlah anak saya Basir itu,” ujar Sri mengenang anaknya.
Namun bagai disambar petir ketika itu, ketika Sri dan Suaminya menemukan anaknya, Basir dalam keadaan tergantung lehernya di sebuah gerobak rokok. Basir kala itu masih bisa bernafas. Namun ketika dilarikan ke rumah sakit, menurut Sri, nyawa Basir tidak tertolong. Yang membuat Sri dan suaminya, Hadi Akbar sedih adalah, sehari sebelum ditemukan tergantung, Basir yang masih berusia 10 tahunan itu merengek minta melanjutkan sekolah. “Almarhum sering diejek teman2nya karena tidak sekolah dan anak orang miskin,” kata Sri sambil menangis. Kini Sri hanya bisa meratapi kepergian anaknya, Basir. Cita-cita Basir yang ingin menjadi Polisi hanya tinggal impian.
Kisah tragis lainnya datang dari Jambi. Wahyuningsih alias Neneng seorang siswi sebuah SMK nekat menenggak racun serangga hanya gara-gara tidak lulus ujian nasional beberapa waktu lalu. Menurut Aris, kakak kandung Neneng, adiknya waktu itu seperti biasa pergi ke sekolah. “Tidak ada yang aneh pada adik saya waktu pergi ke sekolah. Seperti biasa ia berpamitan,” jelas Aris menerangkan. Menurut rekan-rekan korban, sesampai di sekolah Neneng terlihat sedih dan terpukul karena namanya tidak tercantum di daftar kelulusan ujian nasional. Dari semua murid, ternyata hanya Neneng yang tidak lulus. Neneng yang dalam keadaan bersedih langsung pulang ke rumahnya. Sesampai di rumah, Neneng langsung masuk ke kamarnya. Dan, sejak saat itu Neneng tidak terlihat keluar kamar. Aris yang merasa curiga langsung mendobrak kamar Neneng. Namun, lagi-lagi terlambat, karena Neneng sudah tak bernyawa dengan mulut penuh busa.
Korban upaya bunuh diri dan berhasil diselamatkan dialami seorang remaja dari Makassar, Nindita Widya Hutami atau biasa disapa Tami. Tidak tanggung-tanggung, Tami mengaku melakukan percobaan bunuh diri sebanyak tiga kali. Tami yang mengaku depresi karena hubungan dengan kekasihnya mendapat larangan orangtua itu nekat mengakhiri hidupnya dengan meminum sejumlah obat tidur yang dicampur minuman bersoda. Nyawa Tami berhasil diselamatkan, setelah ayahnya mendobrak pintu kamar dan melarikannya ke rumah sakit. “Saya sangat menyesal jika ingat kejadian itu. Kini ia merasa hubungan dengan kedua orangtuanya semakin dekat,” ujar Tami menyesal.
Upaya bunuh diri terutama yang dilakukan remaja sebenarnya bisa dicegah. Menurut Psikolog Josephine Ratna, orangtua hendaknya lebih jeli melihat gejala atau perubahan tingkah laku anak-anaknya. Dengan melihat tanda-tanda awal, seperti sering murung, menyendiri dan sering gelisah saat tidur, menurut Josephine, orangtua bisa mengajak anaknya berdialog untuk memecahkan masalahnya.(end)
0 comments:
Post a Comment
silakan komen :))